9.2.2 Syarat dan Rukun Nikah

Syarat dan Rukun Nikah.

1.   Kitab Al Iqna’ juz II halaman 123 :

أركان النكاح وهي خمسة صيغة وزوجة وزوخ وولي وهما العاقدان وشاهدان

       Rukun nikah itu ada lima yaitu sighat (ijab kabul), calon isteri, calon suami, wali, keduanya yang melakukan akad nikah dan dua orang saksi.

2.   Hadits diriwayatkan oleh Daruqutni dari ‘Aisyah r.a. ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw. :

لانكاحإلا بولي وشاهديعدول

        Tidak ada perkawinan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil.

3.   Kitab I’anatut thalibin juz III halaman 280 :

وشرط في زوجة او المنكوحة خلو من النكاح وعدة من غير الخ ….

       Dan syarat calon isteri atau wanita yang dinikahi antara lain tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, tidak dalam ikatan iddah dengan laki-laki lain dan seterusnya . . . .

4.   Kitab Fiqhussunnah  Juz II halaman 29 :

الركن الحقيقي للزواج هو رضا الطرفين وتوافق إرادتـهما في الإرتبات

       Pada hakekatnya perkawinan itu didasarkan atas kerelaan dan persetujuan bersama antara kedua belah pihak (suami-isteri) untuk melangsungkan perkawinan.

5.   Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 22 :

ولاتنكحوا ما نكح أباؤكم من النساء إلاماقد سلف إنه كان فاحشة وساء سبيلا

       Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan.

6.   Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 23 :

حرمت عليكم أمهاتكم وبناتكم وأخواتكم و عماتكم  و خالاتكم و بنات الأخ وبنات الأخت و أمهاتكم التي أرضعنكم وأخواتكم من الرضاعة وأمهات نسائكموربائبكم التي في حجوركم من نسائكم التي دخلتم بـهن فإن لم تكونوا دخلتم بـهن فلا جناح عليكم وحلائل أبنائكم الذين من أصلابكم وأن تجمعوا بين  الأختين إلا ماقدسلف

       Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan,saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

7.   Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 24 :

والمحصنات من النساء ……

        ….dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami ….........

8.   Kitab Al Muhadzdzab Juz II halaman 112 :

إذا طلق الحر إمرأته ثلاثا أوطلق العبد إمرأته طلقتين حرمت عليه ولا يحل لـه نكاحا حتى تنكح زوجا غيره ويطؤها

       Apabila seorang yang merdeka menceraikan isterinya dengan talak tiga, atau seorang hamba menceraikan isterinya dengan talak dua, maka isteri itu haram atasnya dan tidak halal baginya kawin dengan bekas isteri itu, sehingga ia kawin lagi dengan suami yang lain, dan suaminya yang kedua itu telah mengumpulinya (jima’) pula.

9.   Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 230 :

فإن طلقها فلا تحل له من بعد حتى تنكح زوجا غيره فإن طلقها فلا جناح عليهما أن يتراجعا إن ظن أن يقيما حدود الله يبينها لقوم يعلمون

       Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang ke dua), maka perempuan itu tidak halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui.

10.  Kitab Nailul Authar juz VI halaman 252 :

عن عثمان رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا ينكح المحرم ولا ينكح (رواه مسلم)

         Dari Utsman ra. Berkata : Rasulullah telah bersabda : Mahram itu tidak boleh menikahi dan tidak boleh dinikahi. HR Muslim.

11.  Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 46 :

يجوز نكاح الحامل من الزنا لأن حملها لا يلحق بأحد . فكان وجوده كعدمه

          Boleh menikahi wanita hamil karena zina, karena kehamilannya tidak mulhaq dengan seseorang. Adanya kehamilan itu seperti tidak ada.

12.  Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 201 :

يجوز نكاح الحامل من الزنا سواء الزانى وغيره ووطؤها حينئذ مع الكراهة

         Boleh menikahi wanita hamil karena zina, sama halnya laki-laki yang menzinai atau laki-laki lain. Dan persetubuhannya itu mengandung keterpaksaan.