Asas-Asas Persidangan di Pengadilan Agama
Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan
Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, setiap peradilan harus dilaksanakan dengan asas sederhana (prosedur tidak berbelit), cepat (tidak menunda-nunda perkara), dan biaya ringan (dapat dijangkau oleh masyarakat).
Asas Ius Curia Novit (Hakim dianggap tahu hukum)
Hakim tidak boleh menolak perkara dengan alasan hukum tidak ada atau tidak jelas; hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat (Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009).
Asas Audi et Alteram Partem (Dengarkan kedua belah pihak)
Setiap pihak yang berperkara memiliki hak yang sama untuk didengar dan membela diri di depan persidangan.
Asas Persidangan Terbuka untuk Umum
Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009, persidangan pada asasnya terbuka untuk umum kecuali perkara tertentu seperti perceraian.
Asas Hakim Bersifat Pasif
Hakim tidak boleh melebihi atau mengubah isi gugatan, namun berwenang menilai dan menafsirkan hukum yang berlaku.
Asas Musyawarah untuk Mufakat dalam Majelis Hakim
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) UU Nomor 48 Tahun 2009, putusan diambil setelah bermusyawarah untuk mufakat oleh majelis hakim.